TERJEBAK
Pagi
itu hari minggu, suasana tampak tidak seperti biasanya, sang surya belum juga
muncul tetapi Shanti telah bangun dari tidurnya. Pantas saja Shanti bangun
lebih pagi, karena hari ini merupakan hari ulang tahunnya ke-8. Kedua orang tua
Shanti telah 1 bulan pergi keluar kota untuk tugas kerjanya. Hari ini kedua
orang tua Shanti akan pulang dan merayakan hari ulang tahun anaknya. Ketika
orang tua Shanti pergi ke luar kota, Shanti tinggal bersama bibi Rosa dan paman
Zaenal.
“Shanti, tumben kamu bangun pagi,
ada apa ?” tanya bibi Rosa dengan penasaran.
“Bibi, hari ini hari ulang tahun
Shanti. Papa dan mama pulang jam berapa bi?” kata Shanti dengan wajah senangnya.
“Oh, ... iya, bibi hampir aja lupa.
Orang tua Shanti pulang jam 4 sore, nanti kita jemput orang tua Shanti di
bandara ya?” jawab bibi Rosa.
“Iya-iya bi, nanti kita jemput
bersama ya.” Tanggap Shanti dengan riang.
Pagi itu suasana tampak bahagia,
paman dan bibi Shanti memberikan ucapan dan hadiah kepada Shanti. Bibi Rosa
memberikan hadiah sebuah tas kecil berwarna merah muda. Paman Zaenal memberikan
hadiah sebuah botol minum yang cantik.
“Paman, bibi, terimakasih buat
kadonya ya.” ucap Shanti sambil menerima hadiah dari paman dan bibinya,
“Iya, sama-sama Shanti. Semoga
Shanti menjadi anak yang sholehah, berbakti kepada orang tua dan juga pintar.
Amiin.” kata paman Zaenal.
“Ayo Shanti.... sekarang bibi mau
masak spesial buat kamu, tapi Shanti bantu bibi ya.” Bujuk bibi Rosa.
“Oke bibi, Shanti siap membantu.” jawab
Shanti dengan semangat.
Jam menunjukan pukul 09.00 WIB.
Mereka kemudian menuju ke dapur untuk memasak. Mereka berdua memasak puding
dengan krim diatas. Masakan itu sengaja dibuat oleh bibi Rosa untuk merayakan
hari ulang tahun Shanti. Ketika sedang memasak paman Zaenal sedang ada tugas
dan akan pulang sekitar pukul 3 sore. Shanti dan bibinya sangat asik memasak.
Setelah puding itu telah matang
Shanti dan bibinya memakannya di ruang makan. Puding itu terasa sangat enak,
tetapi tiba-tiba Shanti terdiam seperti sedang sedih.
“Ada apa Shanti, kok muram?” tanya
bibi Rosa.
“Shanti kangen sama papa dan
mama,bi.” jawab Shanti dengan nada sedih.
“Oh, itu.... Nanti juga mereka akan
pulang, Shanti nggak usah sedih ya.” rayu bibi Rosa.
“Iya bibi.” jawab singkat Shanti.
Mereka lalu menghabiskan puding itu
sampai bersih. Kemudian bibi Rosa tiba-tiba menuju ke kamarnya untuk mengambil
handphone. Bibi Rosa berniat untuk menghubungi kedua orang tua Shanti. Shanti
sudah tau yang akan dilakukan oleh bibinya yang membawa handphone. Shanti
sangat senang dan tidak sabar untuk menelpon orang tuanya.
“Hallo, Assalamu’alaikum.” kata mama
Shanti
“Wa’alaikumsallam, mama ini Shanti.
Gimana kabarnya? Nanti jangan lupa belikan hadiah buat Shanti ya.” jawab Shanti
dengan senang.
“Oh...Shanti, mama baik-baik aja
kok. Iya nak nanti mama sama papa pasti belikan kamu hadiah.” tanggap mama
Shanti.
Kurang lebih 30 menit Shanti dan
mamanya bercakap-cakap. Shanti merasa senang dan bahagia, karena dapat
mengetahui kabar orang tuanya.
Tidak terasa waktu telah menunjukkan
pukul 3 sore. Shanti, bibi Rosa dan paman Zaenal yang telah pulang, bersiap
untuk menjemput orang tua Shanti di bandara. Di perjalanan Shanti tampak riang
dan bernyanyi-nyanyi senang.
Setelah sampai di bandara mereka
menuju lobi dan menunggu orang tua Shanti. Tetapi, paman dan bibi Shanti
berjalan menuju di ruang tunggu yang letaknya lebig ke dalam dan lupa mengajak
Shanti. Shanti yang dari tadi asik melihat denah bandara, tiba-tiba ia berlari
menuju toilet tanpa mengetahui kalau paman dan bibinya pergi. Shanti yang sudah
tidak tahan tersebut menuju ke toilet wanita, ternyata di dalam toilet sedang
penuh dipakai semua. Kecuali satu pintu yang terbuka lebar, tanpa berpikir
panjang Shanti masuk dan mengunci toilet tersebut. Tanpa disadari, toilet yang
dipakai Shanti rusak dan tidak dapat terbuka. Shanti baru menyadarinya sekitar
15 menit kemudian. Shanti berusaha membuka toilet tersebut, tetapi tidak bisa.
Shanti pun meminta tolong, tetapi tidak ada orang di dalamnya karena sudah
sore.
“Toloooooong!!!!!!!! Aku
terkunci.......” teriak Shanti dengan menangis.
Tiba-tiba sebuah penjaga yang lewat
di depan toilet wanita itu, mendengar tangisan dan teriakan Shanti. Tetapi
satpam tersebut justru takut dan dikiranya hantu, satpam tersebut lari dan hanya
dapat diam karena takut.
Paman dan bibi Shanti akhirnya
bertemu dengan orang tua Shanti, saat itu juga mereka baru menyadari bahwa
Shanti hilang. Mereka melapor kepada petugas keamanan, dan mencarinya di
seluruh penjuru bandara, tetapi tetap tidak ketemu. Kecuali satu tempat, yaitu
toilet. Satpam yang ketakutan tadi hanya bisa diam dan tidak dapat berbicara. Waktu
menunjukkan pukul 6 sore, hampir 2 jam Shanti terjebak. Shanti tetap saja
menangis dan menangis. Orang tua Shanti sangat panik dan sedih, tetapi bibinya melihat
tingkah laku satpam yang aneh. Lalu ia bertanya kepada satpam itu.
”Pak, kenapa bapak terlihat takut?”
tanya bibi Rosa.
“Eh..eh..eh...anu buk, tadi saya
mendengar suara tangisan hantu di depan toilet wanita. Dia juga minta tolong
bu!” terang satpam sambil gemetar.
“Hah, mungkin saja itu Shanti. Ayo
coba kita kesana!” perintah bibi Rosa.
Mereka pun menuju ke toilet wanita
tersebut. Benar saja terdengar suara wanita menangis.
“Hmmmm....heeeemmm” tangis Shanti
yang telah kehabisan duaranya.
“Shanti, Shanti” teriak bibinya.
“Bibi, tolong pintunya terkunci bi.”
jawab Shanti.
Akhirnya Shanti dapat keluar dari
toilet yang rusak itu. Shanti kemudian bertemu orang tuanya. Mereka pulang ke
rumah dan merayakan ualang tahun Shanti.
“Ini, pengalaman yang berharga buat
Shanti dan semuanya!” terang Shanti kepada orang tua, paman dan bibinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar