Jumat, 26 April 2013

KERATON SURAKARTA




KRATON  SURAKARTA

BAB  I
Pendahuluan
Sekilas Sejarah
Kraton Surakarta
            Tahun masehi 1742 terjadilah pemberontakkan yang dilakukan oleh orang–orang Cina yang dipimpin oleh Raden mas Garendi di Kartasura dan berhasil menduduki Karaton Surakarta. Raden mas Garendi adalah putra Pangeran Teposono, sedangkan Pangeran Teposono adalah putra Susuhunan Hamangkurat II ( Hamangkurat Amral ). Pemberontakan di Kartasura ini dikenal peristiwa Geger Pacinan atau bedahnya Karaton Kartasura atau awal jatuhnya Karaton Kartasura. Saat para pemberontak menduduki Karaton Kartasura yang saat itu diperintah oleh Susuhunan Paku Buwono II, Susuhunan Paku Buwono II beserta pengawal dan abdi dalem yang setia, mengungsi ke Ponorogo, Jawa Timur. Setelah Raden Mas Garendi berhasil menduduki Karaton Kartasura dikenal dengan nama Sunan Kuning atau Hamangkurat V.
            Susuhunan Paku Buwono II berhasil merebut kembali Karaton Kartasura dari kaum pemberontak, namun Karaton Kartasura sudah dalam keadaan rusak sehingga tidak pantas untuk dijadikan Karaton lagi.Susuhunan Paku Buwono II berkehendahk memindahkan Karaton Kartasura di Desa Sala, letaknya 14 kilometer dari tempat semula.
            Demikianlah atas kehendak Susuhunan Paku Buwono II didirikan sebuah Karaton yang baru di Desa Sala, Susuhunan Paku Buwono II secara resmi Desa Sala diganti nama menjadi Karaton Surakarta Hadiningrat, meneruskan Karaton Kartasura.
            Adapun tahun berdirinya Karaton Surakarta Hadiningrat diambil dari kepindahan Karaton Kartasura ke Desa Sala, pada hari Rabu Tanggal 17 Suro tahun je 1670, sinengkalan “Kombuling Pudya Kapyarsihing Nata” (tahun Jawa 1670) atau 17 Februari 1745.
            Menurut jangka atau ramalan yang dipercaya oleh masyarakat Jawa tradisional, Desa Sala akan membawa keberkahan dan keselamatan sehingga pantas untuk dibangun sebuah Karaton sebagai penerus Karaton Kartasura. Raden Tumenggung Honggowongso, seorang abdi dalem Susuhunan Paku Buwono II dan juga ahli kebatinan, meramalkan, bahwa Karaton Surakarta berusia 200 tahun. Bahwa telah ada “weca” (ucapan yang menjadi kenyataan), yang menyebutkan bahwa “sanadyan kari sak megaring paying, tetep lestari”. Maksudnya, jika Karaton Surakarta berdiri di Desa Sala, Karaton tetap ada, eksis meskipun daerah kekuasaannya tinggal selebar terbukanya paying.
            Karaton Surakarta pertama kali diperintah oleh Ingkang Sinuhun kangjeng Susuhunan Paku Buwono II. Beliau merupakan Raja terakhir Karaton Kartasura dan pendiri Karaton Surakarta. Susuhunan Paku Buwono II adalah putra nomor 10 dari Susuhunan Hamangkurat Jawa yang memerintah Karaton Kartasura, lahir dari Prameswaridalem (garwa padmi). Sebelum menjadi Paku Buwono II, Bernama Raden Mas gusti Proboyoso.
            Susuhunan Paku Buwono II memerintah Karaton Surakarta hanya 4 tahun lamanya (tahun 1745 – 1749 Masehi/1670 – 1674 Jawa) dan menurunkan Susuhunan Paku Buwono berikutnya sampai sekarang.


BAB  II
Ada tiga tempat pilihan untuk dijadikan karaton yang baru
            Susuhunan Paku Buwono II sekembalinya dari pengungsian di Ponorogo Jawa Timur, berhasil merebut kembali karaton Kartasura dari kaum pemberontak, yang dipimpin Raden Mas Garendi. Namun Karaton Kartasura sudah dalam keadaan rusak sehingga tidak pantas untuk dijadikan Karaton lagi.Susuhunan Paku Buwono II berkehendahk memindahkan Karaton Kartasura ke tempat lain.
Sebelumnya ada tiga tempat untuk dipilih menjadi karaton yang baru sebagai penerus Karaton Kartasura yang telah rusak. Tiga tempat itu yakni :
a)      Kadipolo
b)      Sonosewu
c)      Desa atau dusun Sala
Para utusan diperintahkan untuk meneliti ketiga tempat tersebut  layak atau tidaknya untuk dijadikan karaton. Setelah diadakan penelitian dan dipertimbangkan oleh abdi dalem dan Susuhunan Paku Buwono II, mereka setuju bahwa Desa Sala untuk dijadikan karaton yang baru.


BAB  III

Berdirinya Karaton Surakarta

            Karaton Surakarta Hadiningrat atau Karaton Kasunanan Surakarta, didirikan oleh ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono II tanggal 17 Suro tahun Je 1670 atau bertepatan 17 Februari 1745, hari Rabu.
Susuhunan Paku Buwono II  merupakan Raja terakhir Karaton Kartasura dan pendiri Karaton Surakarta.
            Karaton Surakarta adalah penerus Karaton Kartasura dan Karaton Kartasura merupakan penerus Karaton Negara Mataram. Mataram adalah karaton yang didirikan oleh Kangjeng Panembahan Senopati Ing Ngalogo Sayidin Panatadinan pada akhir abad ke-16 Masehi.
            Terjadilah pemberontakkan yang dikenal dengan nama “geger Pacinan” atau kerusuhan di Kartasura yang di lakukan oleh orang Cina yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi, yang berhasil menduduki Karaton Kartasura. Beliau merupakan putra Pangeran Teposeno.
            Dalam catatan arsip Karaon Surakarta diperingati kepindahan Karaton Kartasura ke Desa Sala dalam sekar Dangdanggula:

Sigra jengkar saking Kartawani,
Ngalih kadaton mring dusun Sala,
Busekan sapraja balane,

Kebut sawadya balane
Buseken sapraja gung,
Pinengketan hangkate uni,
Hanuju hari Buda enjing wancinipun,
Wimbaning lek ping Sapta Wlas,
Sura Je Kombuling Pudya Kapyarsi,
Hing Nata kang sangkala.

Nata lenggah ing bangsal Pangrawit,
Para opsir kalawan Kumendan,
Samya ngadeg neng kirine,
Bangsal lenggahan Prabu,
Pra prajurit bahjeng habaris,
Kumpeni miwa jawa haneng halun-halun,
Sri Narendra lon ngandika,
Dusun Sala hingelih nama Nagari,
Surakarta Diningrat.

Atas kehendak Susuhunan Paku Buwono II, nama Desa Sala secara resmi menjadi NAGARI SURAKARTA HADINGRAT atau nama Desa Sala diganti menjadi Nagari Surakarta Hadingrat.
Nama Desa Sala adalah berasal dari nama seorang sesepuh ketika itu yang bernama Kyai Sala atau Ki Gede Sala. Kyai Sala masih abdi dalem Karaton Kartasura.
Nama-nama yang pantas dicatat dalam sejarah kepindahan Karaton Kartasura ke Desa Sala yang kemudian menjadi Nagari atau Karaton Surakarta Hadiningrat misalnya :
1.      Pangeran Wijil
2.      Raden Tumenggung Honggowongso (Ahli kebatinan Karaton Kartasura/abdi dalem)
3.      Raden Tumenggung Tirtowiguno (pujangga)
4.      Pujangga Kyai Yosodipura Tus Pajang (Yosodipura I)
5.      Patih Adipati Pringgoloyo
6.      Patih Adipati Sinduredjo
7.      Kyai Khalifah Buyut
8.      Mas Penghulu Pekik Ibrahim
9.      Kyai Tohjoyo
10.  Kyai Gede Sala (Kyai Sala)
Berdirilah Nagari ataui IKaratonSurakrta di atas Desa Sala sebagai penerus Karaton Kartasura atau kelanjutan Dinasti Mataram.Sekarang Karaton Surakarta diperintah oleh Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono XII, keturunan pancer kakung (garis laki-laki) Susuhunan Paku Buwono II. Susuhunan Paku Buwono XII tahta tahun Masehi 1945, sebulan sebelum Kemerdekaan RI.
            Karaton berasal dari kata dasar (Jawa: lingga) “Ratu”, ditambah awalan “ka” dan akhiran “an” menjadi”Ka-ratu-an”. Kemudian ka-ratu-an dipercepat pengucapannya menjadi “KARATON” yang beararti tempat tinggal atau kediaman resmi RATU (Raja) beserta keluarganya.
            Dahulu Karaton Surakarta merupakan :Negara (Negari)” yang memiliki susunan asli, berpemerintahan sendiri (otonomi), memiliki daerah/wilayah tertentu. Karaton Surakarta Hadiningrat telah “ada” jauh sebelum berdirinya Negara Gepublik Indonesia .
            Dengan demikian Karaton Surakarta adalah peninggalan asli Indonesia kultur Jawa yang memiliki susunan asli. Namun dalam negara kesatuan Republik Indonesia , Karaton Surakarta adalah sebuah “lembaga” masyarakat kerabat atau adat atau masyarakat hokum adat berdasarkan ikatan kekeluargaan.
            Sifat Istimewa dari Karaton Surakarta, adalah sifat pemerintahannya turun-temurun dari Ratu sebelumnya ke Ratu berikutnya, berdasarkan hak asal-usul yang telah ada jauh sebelum terbentuknya Negara Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar