Sabtu, 27 April 2013

TERJEBAK

Suddenly i found this, this is my first time i writing short story. Located: In my old folder.

TERJEBAK

Pagi itu hari minggu, suasana tampak tidak seperti biasanya, sang surya belum juga muncul tetapi Shanti telah bangun dari tidurnya. Pantas saja Shanti bangun lebih pagi, karena hari ini merupakan hari ulang tahunnya ke-8. Kedua orang tua Shanti telah 1 bulan pergi keluar kota untuk tugas kerjanya. Hari ini kedua orang tua Shanti akan pulang dan merayakan hari ulang tahun anaknya. Ketika orang tua Shanti pergi ke luar kota, Shanti tinggal bersama bibi Rosa dan paman Zaenal.
            “Shanti, tumben kamu bangun pagi, ada apa ?” tanya bibi Rosa dengan penasaran.
            “Bibi, hari ini hari ulang tahun Shanti. Papa dan mama pulang jam berapa bi?” kata Shanti dengan wajah senangnya.
            “Oh, ... iya, bibi hampir aja lupa. Orang tua Shanti pulang jam 4 sore, nanti kita jemput orang tua Shanti di bandara ya?” jawab bibi Rosa.
            “Iya-iya bi, nanti kita jemput bersama ya.” Tanggap Shanti dengan riang.
            Pagi itu suasana tampak bahagia, paman dan bibi Shanti memberikan ucapan dan hadiah kepada Shanti. Bibi Rosa memberikan hadiah sebuah tas kecil berwarna merah muda. Paman Zaenal memberikan hadiah sebuah botol minum yang cantik.
            “Paman, bibi, terimakasih buat kadonya ya.” ucap Shanti sambil menerima hadiah dari paman dan bibinya,
            “Iya, sama-sama Shanti. Semoga Shanti menjadi anak yang sholehah, berbakti kepada orang tua dan juga pintar. Amiin.” kata paman Zaenal.
            “Ayo Shanti.... sekarang bibi mau masak spesial buat kamu, tapi Shanti bantu bibi ya.” Bujuk bibi Rosa.
            “Oke bibi, Shanti siap membantu.” jawab Shanti dengan semangat.
            Jam menunjukan pukul 09.00 WIB. Mereka kemudian menuju ke dapur untuk memasak. Mereka berdua memasak puding dengan krim diatas. Masakan itu sengaja dibuat oleh bibi Rosa untuk merayakan hari ulang tahun Shanti. Ketika sedang memasak paman Zaenal sedang ada tugas dan akan pulang sekitar pukul 3 sore. Shanti dan bibinya sangat asik memasak.
            Setelah puding itu telah matang Shanti dan bibinya memakannya di ruang makan. Puding itu terasa sangat enak, tetapi tiba-tiba Shanti terdiam seperti sedang sedih.
            “Ada apa Shanti, kok muram?” tanya bibi Rosa.
            “Shanti kangen sama papa dan mama,bi.” jawab Shanti dengan nada sedih.
            “Oh, itu.... Nanti juga mereka akan pulang, Shanti nggak usah sedih ya.” rayu bibi Rosa.
            “Iya bibi.” jawab singkat Shanti.
            Mereka lalu menghabiskan puding itu sampai bersih. Kemudian bibi Rosa tiba-tiba menuju ke kamarnya untuk mengambil handphone. Bibi Rosa berniat untuk menghubungi kedua orang tua Shanti. Shanti sudah tau yang akan dilakukan oleh bibinya yang membawa handphone. Shanti sangat senang dan tidak sabar untuk menelpon orang tuanya.
            “Hallo, Assalamu’alaikum.” kata mama Shanti
            “Wa’alaikumsallam, mama ini Shanti. Gimana kabarnya? Nanti jangan lupa belikan hadiah buat Shanti ya.” jawab Shanti dengan senang.
            “Oh...Shanti, mama baik-baik aja kok. Iya nak nanti mama sama papa pasti belikan kamu hadiah.” tanggap mama Shanti.
            Kurang lebih 30 menit Shanti dan mamanya bercakap-cakap. Shanti merasa senang dan bahagia, karena dapat mengetahui kabar orang tuanya.

            Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 3 sore. Shanti, bibi Rosa dan paman Zaenal yang telah pulang, bersiap untuk menjemput orang tua Shanti di bandara. Di perjalanan Shanti tampak riang dan bernyanyi-nyanyi senang.
            Setelah sampai di bandara mereka menuju lobi dan menunggu orang tua Shanti. Tetapi, paman dan bibi Shanti berjalan menuju di ruang tunggu yang letaknya lebig ke dalam dan lupa mengajak Shanti. Shanti yang dari tadi asik melihat denah bandara, tiba-tiba ia berlari menuju toilet tanpa mengetahui kalau paman dan bibinya pergi. Shanti yang sudah tidak tahan tersebut menuju ke toilet wanita, ternyata di dalam toilet sedang penuh dipakai semua. Kecuali satu pintu yang terbuka lebar, tanpa berpikir panjang Shanti masuk dan mengunci toilet tersebut. Tanpa disadari, toilet yang dipakai Shanti rusak dan tidak dapat terbuka. Shanti baru menyadarinya sekitar 15 menit kemudian. Shanti berusaha membuka toilet tersebut, tetapi tidak bisa. Shanti pun meminta tolong, tetapi tidak ada orang di dalamnya karena sudah sore.
            “Toloooooong!!!!!!!! Aku terkunci.......” teriak Shanti dengan menangis.
            Tiba-tiba sebuah penjaga yang lewat di depan toilet wanita itu, mendengar tangisan dan teriakan Shanti. Tetapi satpam tersebut justru takut dan dikiranya hantu, satpam tersebut lari dan hanya dapat diam karena takut.
            Paman dan bibi Shanti akhirnya bertemu dengan orang tua Shanti, saat itu juga mereka baru menyadari bahwa Shanti hilang. Mereka melapor kepada petugas keamanan, dan mencarinya di seluruh penjuru bandara, tetapi tetap tidak ketemu. Kecuali satu tempat, yaitu toilet. Satpam yang ketakutan tadi hanya bisa diam dan tidak dapat berbicara. Waktu menunjukkan pukul 6 sore, hampir 2 jam Shanti terjebak. Shanti tetap saja menangis dan menangis. Orang tua Shanti sangat panik dan sedih, tetapi bibinya melihat tingkah laku satpam yang aneh. Lalu ia bertanya kepada satpam itu.
            ”Pak, kenapa bapak terlihat takut?” tanya bibi Rosa.
            “Eh..eh..eh...anu buk, tadi saya mendengar suara tangisan hantu di depan toilet wanita. Dia juga minta tolong bu!” terang satpam sambil gemetar.
            “Hah, mungkin saja itu Shanti. Ayo coba kita kesana!” perintah bibi Rosa.
            Mereka pun menuju ke toilet wanita tersebut. Benar saja terdengar suara wanita menangis.
            “Hmmmm....heeeemmm” tangis Shanti yang telah kehabisan duaranya.
            “Shanti, Shanti” teriak bibinya.
            “Bibi, tolong pintunya terkunci bi.” jawab Shanti.
            Akhirnya Shanti dapat keluar dari toilet yang rusak itu. Shanti kemudian bertemu orang tuanya. Mereka pulang ke rumah dan merayakan ualang tahun Shanti.
            “Ini, pengalaman yang berharga buat Shanti dan semuanya!” terang Shanti kepada orang tua, paman dan bibinya.

Jumat, 26 April 2013

KERATON SURAKARTA




KRATON  SURAKARTA

BAB  I
Pendahuluan
Sekilas Sejarah
Kraton Surakarta
            Tahun masehi 1742 terjadilah pemberontakkan yang dilakukan oleh orang–orang Cina yang dipimpin oleh Raden mas Garendi di Kartasura dan berhasil menduduki Karaton Surakarta. Raden mas Garendi adalah putra Pangeran Teposono, sedangkan Pangeran Teposono adalah putra Susuhunan Hamangkurat II ( Hamangkurat Amral ). Pemberontakan di Kartasura ini dikenal peristiwa Geger Pacinan atau bedahnya Karaton Kartasura atau awal jatuhnya Karaton Kartasura. Saat para pemberontak menduduki Karaton Kartasura yang saat itu diperintah oleh Susuhunan Paku Buwono II, Susuhunan Paku Buwono II beserta pengawal dan abdi dalem yang setia, mengungsi ke Ponorogo, Jawa Timur. Setelah Raden Mas Garendi berhasil menduduki Karaton Kartasura dikenal dengan nama Sunan Kuning atau Hamangkurat V.
            Susuhunan Paku Buwono II berhasil merebut kembali Karaton Kartasura dari kaum pemberontak, namun Karaton Kartasura sudah dalam keadaan rusak sehingga tidak pantas untuk dijadikan Karaton lagi.Susuhunan Paku Buwono II berkehendahk memindahkan Karaton Kartasura di Desa Sala, letaknya 14 kilometer dari tempat semula.
            Demikianlah atas kehendak Susuhunan Paku Buwono II didirikan sebuah Karaton yang baru di Desa Sala, Susuhunan Paku Buwono II secara resmi Desa Sala diganti nama menjadi Karaton Surakarta Hadiningrat, meneruskan Karaton Kartasura.
            Adapun tahun berdirinya Karaton Surakarta Hadiningrat diambil dari kepindahan Karaton Kartasura ke Desa Sala, pada hari Rabu Tanggal 17 Suro tahun je 1670, sinengkalan “Kombuling Pudya Kapyarsihing Nata” (tahun Jawa 1670) atau 17 Februari 1745.
            Menurut jangka atau ramalan yang dipercaya oleh masyarakat Jawa tradisional, Desa Sala akan membawa keberkahan dan keselamatan sehingga pantas untuk dibangun sebuah Karaton sebagai penerus Karaton Kartasura. Raden Tumenggung Honggowongso, seorang abdi dalem Susuhunan Paku Buwono II dan juga ahli kebatinan, meramalkan, bahwa Karaton Surakarta berusia 200 tahun. Bahwa telah ada “weca” (ucapan yang menjadi kenyataan), yang menyebutkan bahwa “sanadyan kari sak megaring paying, tetep lestari”. Maksudnya, jika Karaton Surakarta berdiri di Desa Sala, Karaton tetap ada, eksis meskipun daerah kekuasaannya tinggal selebar terbukanya paying.
            Karaton Surakarta pertama kali diperintah oleh Ingkang Sinuhun kangjeng Susuhunan Paku Buwono II. Beliau merupakan Raja terakhir Karaton Kartasura dan pendiri Karaton Surakarta. Susuhunan Paku Buwono II adalah putra nomor 10 dari Susuhunan Hamangkurat Jawa yang memerintah Karaton Kartasura, lahir dari Prameswaridalem (garwa padmi). Sebelum menjadi Paku Buwono II, Bernama Raden Mas gusti Proboyoso.
            Susuhunan Paku Buwono II memerintah Karaton Surakarta hanya 4 tahun lamanya (tahun 1745 – 1749 Masehi/1670 – 1674 Jawa) dan menurunkan Susuhunan Paku Buwono berikutnya sampai sekarang.


BAB  II
Ada tiga tempat pilihan untuk dijadikan karaton yang baru
            Susuhunan Paku Buwono II sekembalinya dari pengungsian di Ponorogo Jawa Timur, berhasil merebut kembali karaton Kartasura dari kaum pemberontak, yang dipimpin Raden Mas Garendi. Namun Karaton Kartasura sudah dalam keadaan rusak sehingga tidak pantas untuk dijadikan Karaton lagi.Susuhunan Paku Buwono II berkehendahk memindahkan Karaton Kartasura ke tempat lain.
Sebelumnya ada tiga tempat untuk dipilih menjadi karaton yang baru sebagai penerus Karaton Kartasura yang telah rusak. Tiga tempat itu yakni :
a)      Kadipolo
b)      Sonosewu
c)      Desa atau dusun Sala
Para utusan diperintahkan untuk meneliti ketiga tempat tersebut  layak atau tidaknya untuk dijadikan karaton. Setelah diadakan penelitian dan dipertimbangkan oleh abdi dalem dan Susuhunan Paku Buwono II, mereka setuju bahwa Desa Sala untuk dijadikan karaton yang baru.


BAB  III

Berdirinya Karaton Surakarta

            Karaton Surakarta Hadiningrat atau Karaton Kasunanan Surakarta, didirikan oleh ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono II tanggal 17 Suro tahun Je 1670 atau bertepatan 17 Februari 1745, hari Rabu.
Susuhunan Paku Buwono II  merupakan Raja terakhir Karaton Kartasura dan pendiri Karaton Surakarta.
            Karaton Surakarta adalah penerus Karaton Kartasura dan Karaton Kartasura merupakan penerus Karaton Negara Mataram. Mataram adalah karaton yang didirikan oleh Kangjeng Panembahan Senopati Ing Ngalogo Sayidin Panatadinan pada akhir abad ke-16 Masehi.
            Terjadilah pemberontakkan yang dikenal dengan nama “geger Pacinan” atau kerusuhan di Kartasura yang di lakukan oleh orang Cina yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi, yang berhasil menduduki Karaton Kartasura. Beliau merupakan putra Pangeran Teposeno.
            Dalam catatan arsip Karaon Surakarta diperingati kepindahan Karaton Kartasura ke Desa Sala dalam sekar Dangdanggula:

Sigra jengkar saking Kartawani,
Ngalih kadaton mring dusun Sala,
Busekan sapraja balane,

Kebut sawadya balane
Buseken sapraja gung,
Pinengketan hangkate uni,
Hanuju hari Buda enjing wancinipun,
Wimbaning lek ping Sapta Wlas,
Sura Je Kombuling Pudya Kapyarsi,
Hing Nata kang sangkala.

Nata lenggah ing bangsal Pangrawit,
Para opsir kalawan Kumendan,
Samya ngadeg neng kirine,
Bangsal lenggahan Prabu,
Pra prajurit bahjeng habaris,
Kumpeni miwa jawa haneng halun-halun,
Sri Narendra lon ngandika,
Dusun Sala hingelih nama Nagari,
Surakarta Diningrat.

Atas kehendak Susuhunan Paku Buwono II, nama Desa Sala secara resmi menjadi NAGARI SURAKARTA HADINGRAT atau nama Desa Sala diganti menjadi Nagari Surakarta Hadingrat.
Nama Desa Sala adalah berasal dari nama seorang sesepuh ketika itu yang bernama Kyai Sala atau Ki Gede Sala. Kyai Sala masih abdi dalem Karaton Kartasura.
Nama-nama yang pantas dicatat dalam sejarah kepindahan Karaton Kartasura ke Desa Sala yang kemudian menjadi Nagari atau Karaton Surakarta Hadiningrat misalnya :
1.      Pangeran Wijil
2.      Raden Tumenggung Honggowongso (Ahli kebatinan Karaton Kartasura/abdi dalem)
3.      Raden Tumenggung Tirtowiguno (pujangga)
4.      Pujangga Kyai Yosodipura Tus Pajang (Yosodipura I)
5.      Patih Adipati Pringgoloyo
6.      Patih Adipati Sinduredjo
7.      Kyai Khalifah Buyut
8.      Mas Penghulu Pekik Ibrahim
9.      Kyai Tohjoyo
10.  Kyai Gede Sala (Kyai Sala)
Berdirilah Nagari ataui IKaratonSurakrta di atas Desa Sala sebagai penerus Karaton Kartasura atau kelanjutan Dinasti Mataram.Sekarang Karaton Surakarta diperintah oleh Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono XII, keturunan pancer kakung (garis laki-laki) Susuhunan Paku Buwono II. Susuhunan Paku Buwono XII tahta tahun Masehi 1945, sebulan sebelum Kemerdekaan RI.
            Karaton berasal dari kata dasar (Jawa: lingga) “Ratu”, ditambah awalan “ka” dan akhiran “an” menjadi”Ka-ratu-an”. Kemudian ka-ratu-an dipercepat pengucapannya menjadi “KARATON” yang beararti tempat tinggal atau kediaman resmi RATU (Raja) beserta keluarganya.
            Dahulu Karaton Surakarta merupakan :Negara (Negari)” yang memiliki susunan asli, berpemerintahan sendiri (otonomi), memiliki daerah/wilayah tertentu. Karaton Surakarta Hadiningrat telah “ada” jauh sebelum berdirinya Negara Gepublik Indonesia .
            Dengan demikian Karaton Surakarta adalah peninggalan asli Indonesia kultur Jawa yang memiliki susunan asli. Namun dalam negara kesatuan Republik Indonesia , Karaton Surakarta adalah sebuah “lembaga” masyarakat kerabat atau adat atau masyarakat hokum adat berdasarkan ikatan kekeluargaan.
            Sifat Istimewa dari Karaton Surakarta, adalah sifat pemerintahannya turun-temurun dari Ratu sebelumnya ke Ratu berikutnya, berdasarkan hak asal-usul yang telah ada jauh sebelum terbentuknya Negara Indonesia.